Sabtu, 22 Juni 2013

PEMUDA ALAY ZAMAN REFORMASI

PEMUDA Alay ZAMAN REFORMASI

ALAY”. Satu kata yang tidak lagi asing di telinga kita dan sebuah “stempel” bagi para pemuda di era reformasi. Dan kata yang akan menjadi ideologi di kalangan remaja masa kini.
Nampaknya sudah menjadi suatu gaya hidup atau bahkan telah menjadi suatu faham bagi para pemuda di jaman reformasi yang menganggap semuanya serba kebarat-baratan. Bahkan, para pemuda masa kini tersebut menjadikannya sebagai semboyan utama dalam kehidupan mereka. Berbagai tingkah laku yang mereka anggap biasa, namun di kalangan para orang jaman dahulu (“jadoel”) sebagai hal yang luar biasa, “tidak lumrah”.
Ideologi alay yang mereka yakini inilah yang mengubah mereka lebih mencintai budaya barat ketimbang budaya sendiri. Apalagi dengan adanya demam K-Pop yang diimpor dari Negeri Ginseng itu. Para pemuda Indonesia pun berlomba-lomba meniru gelombang budaya asing yang masuk ke Tanah Air. Bahkan tidak sedikit yang mengubah penampilan mereka layaknya tokoh-tokoh yang mereka banggakan, yang sebenarnya adalah orang-orang yang tak mampu menciptakan perubahan.
Impor budaya dari negeri-negeri tetangga ini mampu membius kalangan muda untuk melunturkan rasa nasionalisme dan rasa patriotisme mereka yang kian hari kian memperihatinkan. Tidak hanya melupakan budaya sendiri dan lebih menjunjung tinggi budaya orang, para pemuda masa kini juga banyak yang merasa gengsi untuk melestarikannya. Anehnya, ketika budaya Nusantara yang telah diabaikan itu ingin dilestarikan negara lain, pemuda yang “cuek bebek” ini seketika, tanpa rasa malu, berteriak-teriak menyuarakan aspirasi mereka yang kakanak-kanakan untuk melestarikan budaya Tanah Air.

Sejenak kita lupakan pemuda yang berideologi alay dan kembali mengingat para pemuda yang darahnya untuk untuk mewarnai merahnya sang saka Merah Putih yang rela berkorban demi negara, menerjang semua peluru dan menghadang semua tank-tank yang mampu meremukkan tulang kita. Itulah yang menginspirasi Bung Karno. Beliau berkata, jika diberikan sepuluh pemuda, maka Beliau akan mengguncangkan Dunia. Tetapi bila Bung Karno hidup di zaman sekarang, apakah dunia akan terguncang dengan adanya sepuluh pemuda alay? Tentu Anda semua akan mampu menjawab pertanyaan itu.
Sejarah pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan. Dimana saja, di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju lebih baik. Pemuda itu tidak dapat diremehkan, mereka punya peran penting dalam perjuangan. Maka dari itu jika ingin Indonesia menjadi lebih baik maka perbaikan itu yang utama ada di tangan pemuda, perbaikan itu akan tegak dari tangan pemuda dan dari pemuda.
Pemuda mempunyai banyak potensi. Akan tetapi jika tidak dilakukan pembinaan yang terjadi adalah sebaliknya. Potensinya tak tergali, semangatnya melemah atau munngkin sekarang telah tercermin oleh para pemuda alay, bahkan yang lebih buruk lagi pemuda menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik misalnya tawuran dan lain sebagainya.
Seorang pemuda mempunya impian dan berani bermimpi, mana mungkin kita sebagai pemuda bisa maju jika bermimpi saja. Tetapi yang terjadi pada pemuda alay sekarang ini, mereka hanya bisa ngomong dan banyak tingkahnya.  Impian adalah cita-cita maka kita harus berani bermimipi. Impian akan menimbulkan niat, niat akan menimbulkan sikap, sikap akan menimbulkan usaha untuk mewujudkan cita-cita. Dan impian juga akan menimbulkan semangat, semangat ibarat api yang akan memicu ledakan potensi yang luar biasa.
Seorang pemuda mengandalkan diri sendiri bukan mengandalkan orang lain atau orang tua. Pemuda yang hebat bukan pemuda yang berkata,"Ayah ku polisi lho, jangan macam-macam sama aku”. Bukan seperti itu, tapi pemuda yang hebat dan berjiwa besar adalah pemuda yang berkata,"inilah aku" atau " menjadi diriku dengan segala kekurangan”. Jadilah pemuda yang mandiri, dengan kemandirian itu ia terpacu untuk tidak menggantungkan diri pada siapapun kecuali Allah, ia menjadi yang tangguh, ia berusaha memacu dirinya menjadi lebih baik dari hari ke hari sampai akhirnya ia bisa merubah lingkungannya. Ia menjadi pemuda yang percaya diri, bukan pemuda yang alay.
Merubah diri sendiri dengan mengendalikan hawa nafsu, mencari ilmu, memperbaiki ibadah. Berani mencoba untuk sebuah kemenangan tanpa takut gagal. Berani memulai, memulai adalah hal yang sulit kata sebagian orang , setelah itu akan berjalan lancar. Maka kita harus berani memulai, walaupun sulit coba dulu, Insyaallah berikutnya berhasil.
Berani beraksi adalah wujud konsisten kita pada apa yang kita yakini, kita impikan. Kita memimpikan Indonesia menjadi lebih baik maka berani beraksi untuk perbaikan tersebut sesuai dengan kreativitas kita adalah hal yang hebat. Dari yang kecil tidak masalah. Yang penting kita berani.Tatap dunia, hadapi, jangan bersembunyai, jangan hanya bicara tapi berbuat, beramal. Kita tunjukan bahwa kita pemuda, kita tidak diam tapi bergerak menuju perbaikan yang lebih baik. Bahwa kita tidak duduk, tapi kita berjuang.

Sahabat-sahabat, kita adalah pemuda, masa depan negeri ada ditangan kita, perubahan ada di tangan kita mari kita mencari ilmu, membina diri dengan sekolah yang tekun , ikut mentoring untuk memperkokoh keyakinan, ikut kajian kemudian membina fisik agar sehat dan kuat. Agar kita bisa mengelola dan merubah masa depan.

PENJARAKU ULIN NUHA

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$#
Memori saya penuh saat mengingat waktu aku mulai tinggal sampai sekarang di tempat yang banyak kenangan-kenangan indah tapi ada pahitnya juga. Setiap hari saya hidup ditempat yang tak berbeda yakni, asrama, mesjid, kampus, perpus, asrama, mesjid, kampus, perpus. (diulang-ulang sampai 100 x juga tetap itu). 
Ya, dimana lagi kalau bukan di Asrama, banyak orang bilang hidup di asrama bagai hidup dipenjara suci. Bawaannya segala aktivitas dilakukan monoton dan membosankan karena bertemu dengan orang itu-itu lagi, masjid itu-itu lagi, asrama itu-itu lagi, kampus itu-itu lagi, ketemu sama teman yang itu-itu lagi dan udah tidak usah disebut semua.
Hidup di asrama layaknya hidup didunia yang sempit, bayangkan saja kegiatan sehari-hari dipenuhi dengan aktifitas yang itu-itu lagi. Mau kemana-mana gak bebas, hilang sedikit saja dicariin, melanggar sedikit saja dihukum, pokoknya membosankan tapi sya berfikir dimana sih ada tempat yang bebas ??
Sebenarnya waktu itu, untuk masuk ke STAIN P.Raya bukan karena keinginan sendiri, tapi bagaimana lagi kalau sudah berhadapan dengan orang tua. Angkat senjata, lakukan dengan sedikit terpaksa, biar mereka pasang senyum sekalipun diatas luka-luka kita. Ya mau ngga mau harus nurutin maunya orang tua, sampai-sampai semua perhatian orang tua bertambah dari 50% menjadi 90% memperhatikan segala kebutuhan saya di Palangka Raya ini untuk kuliah.
Semua perhitungan bila menjalani hidup di asrama dan di STAN P.Raya  sudah terbayang, pasti gak bisa ngapa-ngapain, selain shalat, ngaji, ngampus,  shalat, ngaji, ngampus. Tapi memang setelah saya berfikir kembali, saya sadar bahwa apa yang saya lakukan sekarang adalah yang terbaik untuk hidup saya. Setelah itu semua saya rasakan Asrama dan STAIN lah yang terbaik untuk saya. Latar belakang pendidikan saya sebenarnya tidak ada dari basic agamanya, saya mrupkan lulusan dari pendidikan umum dari mulai SD sampai SMA. Dari latar belakang pendidikan saya tadi saya sadar bahwaa pendidikan agama itu perlu dan sangat penting, sehinggak alasan saya masuk ke STAIN dan asrama adalah ingin lebih memperdalam Ilmu agama yang masih banyak belum saya ketahui. Seperti tentang salah satu Bahasa yakni Bahasa Arab, saya baru mengenal bahasa Arab dan memperdalaminya disini.

“PENJARAKU ULIN NUHA”